Selasa, 01 Agustus 2023

Nona itu Menggunakan Gaun Berwarna Jingga

Lokasi dirahasiakan, waktu : Tahun 2017



Catatan 1 : April 2017


Siang itu membosankan, saya berkali-kali meletakkan kepala diatas meja tanpa berniat memperhatikan pelajaran.


Pukul 10.00 WIB, masih terlalu pagi untuk mengantuk dan memilih memejamkan mata barang sejenak. Saya tidak sendiri, pelajaran ini membosankan, guru itu bolak-balik menulis ayat dan artinya di papan tulis lalu mulai berkhotbah. Saat saya mengangkat kepala, ada beberapa kepala lain yang beristirahat di atas mejanya masing-masing, tidak terkecuali teman sebangku saya yang sudah hilang ditelan alam mimpi sejak kelas ini dimulai.


Beberapa yang lain mengangkat kepala, menatap dan memperhatikan dengan serius papan tulis penuh coretan itu. Pada bagian yang lain di papan tulis masih ada rumus kimia yang belum di hapus, guru itu memilih berkali-kali menggunakan sisi barat papan tulis untuk menulis. Mengabaikan rumus kimia di sebelah timur, ia bertumpu di sudut meja guru dan mendongeng.


Ini kajian yang disampaikannya minggu lalu sewaktu saya mengikuti kajian rutin ekstrakurikuler Remaja Masjid, persis, tidak ada yang beda.

 

Saya tidak lagi menaruh atensi padanya, meminjam catatan menjelang ulangan jauh lebih mudah dibandingkan dengan mendengarkan ceramah yang sama berkali-kali. Saya menatap ke setiap sudut ruang kelas, berhenti pada kaca kecil tempat serbet digantung dekat wastafel di dalam ruang kelas. Saya tidak terkejut, ini terlalu biasa sejak saya mulai menyadari saya bisa melihat mereka sehari-hari. Ia terlihat lebih nyata dibandingkan dengan seluruh manusia di ruangan ini, duduk dengan tenang, seperti bayang-bayang rapuh yang bisa saja langsung menghilang.


Kursinya tidak kosong, disana ada salah satu teman sekelas saya yang tertidur pulas di kursi yang sama dengannya. Gadis pucat dengan rambut pirang dikepang samping itu terlihat berantakan, gaunnya berwarna jingga cerah dengan bercak darah dimana-mana, sudut pelipisnya terluka dan kelopak matanya mengelupas. Saya mengerjap berkali-kali dan ia tidak hilang dari kaca, saya menatap kenyataannya dan ia tak juga menghilang selama beberapa menit kemudian. Saya kehilangan konsentrasi pada menit-menit berikutnya karena tersedot dalam dunia yang hanya menampilkan kami berdua dari sudut pandang manapun, saya bahkan tak lagi mendengarkan suara guru atau keluhan lirih teman-teman sekelas.

 


Hanya ada kami.

 


Dia, gadis itu menatap saya di cermin dan mengulas senyuman.

Tulang pipinya menonjol tinggi, dia cantik sebenarnya, tetapi saya tidak tahu harus beraksi seperti apa saat saya menatapnya secara langsung ia sudah berada di depan wajah saya. Wajahnya yang tirus dan panjang mengulas senyuman paling mengerikan yang pernah saya lihat sampai hari. Ia berteriak dengan nyaring tepat di depan wajah saya, tetapi kedua lubang telinganya yang berdarah, matanya melotot nyaris keluar dan tulang pipinya semakin menonjol.

Dia hendak meraih wajah saya dengan kukunya yang hampir lepas, saya ingin melepaskan diri dari dunia ini. Dunia dimana hanya ada kami di kelas pagi, saling menatap dan saya sepenuhnya berada dalam kuasanya.


Saya memejamkan mata kuat-kuat dan tak lama setelahnya saya terjatuh dari kursi karena terkejut saat teman sekelas saya berteriak lebih nyaring, daripada-nya.


Tidak hanya satu atau dua orang siswa yang terkejut, beberapa siswa di sekitar bangku kami berlari menjauh dan guru kami mendekat untuk menenangkan teman sebangku saya yang masih memekik. Saya tertegun, menengokkan kepala kesan-kemari untuk mencari perempuan itu, perempuan bergaun jingga yang nyaris menyentuh wajah saya dengan tangannya.

 


Tidak ada.


 

Perempuan itu tidak ada dimana-mana.

 


Saya masih tertegun di lantai saat keriuhan itu terjadi di pojok kelas, teman sebangku saya masih kesurupan dan berteriak dengan nyaring, mengundang atensi dari setiap sudut. Ia baru tenang setelah beberapa menit, saya dibantu bangun oleh teman yang lain. Saya melihat teman saya dibawa ke UKS setelahnya, tetapi perempuan itu tidak ada sisanya dimana-mana.

 


Dia menghilang.


sampai hari ini, saya tidak berhasil berkomunikasi dengannya satu kali pun setelah peristiwa hari itu.

 

Keterangan      : Jurnal III, Ekspedisi Merah, 2017

Publikasi          : 01 Agustus 2023

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Danau

  Lokasi dirahasiakan, Waktu : Tahun 2014 Catatan 1        : Agustus 2014 Hari ini ada pengumuman lagi dari speaker masjid yang terdenga...