Lokasi dirahasiakan, waktu : Tahun 2017
Catatan 1 : April 2017
Siang itu membosankan, saya berkali-kali meletakkan kepala diatas meja tanpa berniat memperhatikan pelajaran.
Pukul 10.00 WIB, masih terlalu pagi untuk mengantuk dan memilih memejamkan mata barang sejenak. Saya tidak sendiri, pelajaran ini membosankan, guru itu bolak-balik menulis ayat dan artinya di papan tulis lalu mulai berkhotbah. Saat saya mengangkat kepala, ada beberapa kepala lain yang beristirahat di atas mejanya masing-masing, tidak terkecuali teman sebangku saya yang sudah hilang ditelan alam mimpi sejak kelas ini dimulai.
Beberapa yang lain
mengangkat kepala, menatap dan memperhatikan dengan serius papan tulis penuh
coretan itu. Pada bagian yang lain di papan tulis masih ada rumus kimia yang
belum di hapus, guru itu memilih berkali-kali menggunakan sisi barat papan
tulis untuk menulis. Mengabaikan rumus kimia di sebelah timur, ia bertumpu di sudut
meja guru dan mendongeng.
Ini kajian yang
disampaikannya minggu lalu sewaktu saya mengikuti kajian rutin ekstrakurikuler
Remaja Masjid, persis, tidak ada yang beda.
Saya tidak lagi menaruh
atensi padanya, meminjam catatan menjelang ulangan jauh lebih mudah
dibandingkan dengan mendengarkan ceramah yang sama berkali-kali. Saya menatap
ke setiap sudut ruang kelas, berhenti pada kaca kecil tempat serbet digantung
dekat wastafel di dalam ruang kelas. Saya tidak terkejut, ini terlalu biasa
sejak saya mulai menyadari saya bisa melihat mereka sehari-hari. Ia terlihat
lebih nyata dibandingkan dengan seluruh manusia di ruangan ini, duduk dengan
tenang, seperti bayang-bayang rapuh yang bisa saja langsung menghilang.
Kursinya tidak kosong,
disana ada salah satu teman sekelas saya yang tertidur pulas di kursi yang sama
dengannya. Gadis pucat dengan rambut pirang dikepang samping itu terlihat
berantakan, gaunnya berwarna jingga cerah dengan bercak darah dimana-mana,
sudut pelipisnya terluka dan kelopak matanya mengelupas. Saya mengerjap
berkali-kali dan ia tidak hilang dari kaca, saya menatap kenyataannya dan ia
tak juga menghilang selama beberapa menit kemudian. Saya kehilangan konsentrasi
pada menit-menit berikutnya karena tersedot dalam dunia yang hanya menampilkan
kami berdua dari sudut pandang manapun, saya bahkan tak lagi mendengarkan suara
guru atau keluhan lirih teman-teman sekelas.
Hanya ada kami.
Dia, gadis itu menatap
saya di cermin dan mengulas senyuman.
Tulang pipinya menonjol
tinggi, dia cantik sebenarnya, tetapi saya tidak tahu harus beraksi seperti apa
saat saya menatapnya secara langsung ia sudah berada di depan wajah saya. Wajahnya
yang tirus dan panjang mengulas senyuman paling mengerikan yang pernah saya lihat
sampai hari. Ia berteriak dengan nyaring tepat di depan wajah saya, tetapi
kedua lubang telinganya yang berdarah, matanya melotot nyaris keluar dan tulang
pipinya semakin menonjol.
Dia hendak meraih wajah
saya dengan kukunya yang hampir lepas, saya ingin melepaskan diri dari dunia
ini. Dunia dimana hanya ada kami di kelas pagi, saling menatap dan saya sepenuhnya
berada dalam kuasanya.
Saya memejamkan mata
kuat-kuat dan tak lama setelahnya saya terjatuh dari kursi karena terkejut saat teman sekelas
saya berteriak lebih nyaring, daripada-nya.
Tidak hanya satu atau dua
orang siswa yang terkejut, beberapa siswa di sekitar bangku kami berlari
menjauh dan guru kami mendekat untuk menenangkan teman sebangku saya yang masih
memekik. Saya tertegun, menengokkan kepala kesan-kemari untuk mencari
perempuan itu, perempuan bergaun jingga yang nyaris menyentuh wajah saya dengan
tangannya.
Tidak ada.
Perempuan itu tidak ada
dimana-mana.
Saya masih tertegun di
lantai saat keriuhan itu terjadi di pojok kelas, teman sebangku saya masih
kesurupan dan berteriak dengan nyaring, mengundang atensi dari setiap sudut. Ia
baru tenang setelah beberapa menit, saya dibantu bangun oleh teman yang lain.
Saya melihat teman saya dibawa ke UKS setelahnya, tetapi perempuan itu tidak
ada sisanya dimana-mana.
Dia menghilang.
sampai hari ini, saya
tidak berhasil berkomunikasi dengannya satu kali pun setelah peristiwa hari itu.
Keterangan : Jurnal III, Ekspedisi Merah, 2017
Publikasi : 01 Agustus 2023

Tidak ada komentar:
Posting Komentar